Senin, 22 Desember 2008

BUDIDAYA TANAMAN TOMAT

BUDIDAYA TANAMAN TOMAT

BUDIDAYA TANAMAN TOMAT

BUDIDAYA TANAMAN TOMAT

(Lycopersicum sp)

SECARA VERTIKULTUR



  1. PENDAHULUAN

Pertumbuhan tanaman ditentukan oleh interaksi iklim, tanah, tanaman dan pengelolaan. Suatu jenis tanaman akan tumbuh jika kebutuhan akan air, energi, dan nutrisi tersedia dengan cukup serta ada tempat untuk tumbuh yang memungkinkan.

Dewasa ini ketersediaan lahan potensial untuk pertanian semakin terbatas, karena terjadinya persaingan penggunaan lahan pertanian dan non pertanian, sebagai akibat pertambahan penduduk yang mencapai + 2% per tahun. Terutama di Pulau Jawa, pengalihgunaan lahan pertanian berproduktivitas tinggi menjadi lahan non pertanian berupa pengembangan areal pemukiman dan pemekaran serta pengembangan areal industri, tidak bisa diimbangi dengan pembukaan lahan pertanian baru. Hal ini sangat berpengaruh pada keseimbangan alam dalam penyediaan oksigen (O2) bagi kehidupan manusia pada umumnya. Disatu sisi energi matahari didaerah tropik seperti di sangat melimpah dan belum dimanfaatkan dengan baik. Selain itu penggunaan air yang hamper 80 % digunakan oleh semua kegiatan manusia, sedangkan penggunaannya perlu diefisienkan.

Mengingat hal tersebut diatas, perlu kiranya dicarikan upaya untuk mengatasinya. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan jalan bercocok tanam secara vertikal atau dikenal dengan metode “Vertikultur”.


  1. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Vertikultur

Vertikultur adalah istilah yang diambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris. Istilah ini berasal berasal dari dua kata yaitu vertical dan culture. Makna vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat.

Sistim pertanian vertikal sementara dimaksudkan untuk memanfaatkan ruang ke arah vertikal, dengan mengatur media tumbuh dalam wadah/ kolom supaya pertanaman dapat disusun keatas (Nitisapto, 1992a).

Sistim pertanian vertikal kiranya sesuai untuk sistem pertanian (Nitisapto, 1989). Sistem pertanian dengan ketersediaan lahan yang sangat sempit, dapat ditempuh dengan usaha pengembangan teknologi pertanian yang hemat lahan, walaupun sebetulnya tehnik dapat diterapkan diwilayah pedesaan (Rural Agriculture) maupun perkotaan (Urban Agriculture).

Pertanian sampai saat ini memang masih belum digarap dengan sungguh-sungguh, karena mempunyai ciri-ciri intensif dalam permodalan, sarana maupun metode. Demikian pula tujuannya selain untuk memenuhi kebutuhan pangan, juga ada tujuan lain seperti estetika, penangkal polusi (udara, bau dan suara).

Pertanian memanfaatkan hamparan tanah yang luas, sedangkan pertanian adalah lahan pekarangan yang sempit atau hanya halaman rumah yang sempit, sehingga perlu dipilih budidaya yang tepat seperti tanaman dalam pot, budidaya tanpa tanah maupun sistim vertikal.

Sistim pertanian vertikal tidak hanya cocok untuk lahan sempit seperti perkotaan, dapat pula dikembangkan dilahan bermasalah, ibarat menanam pada pot yang tidak tergantung keadaan lahan setempat (Nitisapto dan Asmara, 1993)

Sistem pertanian vertikal ini sangat cocok diterapkan khususnya bagi para petani atau pengusaha yang memiliki lahan sempit. Vertikultur dapat pula diterapkan pada bangunan-bangunan bertingkat, perumahan umum, atau bahkan pada pemukiman di daerah padat yang tidak punya halaman sama sekali. Dengan metode vertikultur ini, kita dapat memanfaatkan lahan semaksimal mungkin. Usaha tani secara komersial dapat dilakukan secara vertikultur, apalagi kalau sekadar untuk memenuhi kebutuhan sendiri seperti sayuran atau buah-buahan semusim. Untuk mendapatkan keindahan, aneka tanaman hias pun dapat ditanam secara bertingkat (Widarto, 1997).

Beberapa rancangan yang telah dicoba dan cukup baik hasilnya adalah pertanaman pada kolom vertikal, kolom susun, pot susun gantung dan kantong vertikal/ gantung (Nitisapto, 1992b).

Budidaya pada sistem pertanian vertikal pada prinsipnya sama seperti sistem pot, hanya pot yang dibuat panjang / susun sehingga pada satu titik tidak hanya satu tanaman seperti penanaman dilahan, tetapi beberapa tanaman susun kearah vertikal.

Berbagai bahan dapat digunakan sebagai wadah media tumbuh tanaman, yang penting susunan wadah tetap memenuhi prinsip bahwa pertanaman dapat susun keatas, namun tanaman bagian bawah masih memperoleh sinar yang cukup.

Kolom vertikal dapat menggunakan pipa PVC (paralon), bambu, pipa dari tanah (plempem). Kolom susun ( mendatar dapat berupa bambu, paralon, papan kayu, karung plastic / plastic / seng dengan kerangka bamboo / kayu. Pot gantung dari pot plastik, tempurung kelapa, kaleng bekas dan sebagainya.

Media tumbuh tanaman sama seperti pada media konvensional (horizontal), namun perlu dipilih bahan yang porus seperti tanah pasiran, tanah gambut, bermacam-macam abu, yang dicampur pupuk kandang atau kompos, dengan perbandingan 1:1 sampai 2:1.

Media tumbuh dapat dipakai terus menerus, yang perlu ditambah adalah pupuk kandang / kompos supaya sumber hara diperbaharui. Untuk daerah yang berstruktur lempungan, supaya tidak mampat dapat menggunakan tambahan pasir bangunan, menurut Kertonegoro (1993) perbaikan tanah pasiran dengan campuran tanah lempungan 40 % telah memperbaiki sifat – sifat tanah secara optimum. Pemambahan sekam / serbuk gergaji dapat mengurangi terjadinya pemampatan, sehingga pembagian air dapat merata.

Tanaman yang dapat diusahakan pada pertanian vertikal tergantung pada ukuran kolom (volume media). Pertanian vertikal khususnya cocok untuk tanaman sayuran yang berbatang kecil. Kolom susun mendatar sebaiknya selada, sawi, seledri atau yang mempunyai perakaran pendek. Tanaman seukuran cabai belum mampu tumbuh sempurna pada kolom mendatar yang berukuran 6 inci.

Sistem pertanian vertikultur memiliki beberapa keunggulan komparatif bila dibandingkan dengan sistem horisontal biasa. Diantaranya adalah:

  1. Sistem vertikultur dapat menghemat lahan pertanian sampai dengan kurang lebih 400 %, atau dengan kata lain 1000 m2 lahan budidaya vertikultur setara dengan 4000 m2 lahan horizontal biasa.

  2. Sistem pertanian Vertikal lebih hemat dalam penggunaan pupuk, air dan pestisida. Hal ini dikarenakan pemberian air, pupuk dan pestisida hanya benar-benar sesuai dengan keperluan tanaman.

  3. Sistem pertanian Vertikal dapat meminimalkan tingkat resiko kematian tanaman pada saat bertanam di luar musim, terutama untuk komoditas sayur mayur yang rentan terkena serangan dan penyakit pada saat musim hujan.

  4. Sistem pertanian vertikal dapat mengefisienkan pemanfaatan tenaga kerja.

  5. Sistem pertanian vertikal dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas sayur dan buah. Hal ini dikarenakan semua perlakuan budidaya dilakukan dengan perhitungan yang benar-benar matang sesuai dengan keperluan tanaman, serta diberikan secara seragam pada tiap tanaman.

Dalam pelaksanaan praktek vertikultur ini tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman tomat varietas Intan.

Tanaman tomat, salah satu tanaman yang mudah dibudidayakan dengan sistem vertikal, karena tanaman tomat menghendaki tanah yang subur, drainase baik, dan kandungan bahan organik tinggi (Aak Kartolo, 1992). Sehingga media tanam diperlukan bahan-bahan berdrainase baik, dengan menggunakan perbandingan antara pasir, tanah, dan pupuk kandang adalah 1 : 1 : 1, untuk media tanaman vertikal (Niti Sapto 1989).

Menurut Widarto (1997) dalam Vertikultur Bercocok Tanam Secara Bertingkat, tanaman Tomat (Lycopersicum sp) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua tempat, dari dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian 1200 – 1500 m dpl.

Pada tanah yang terlalu basah dan banyak hujan pertumbuhannya agak kurang baik, mudah terserang jamur, pH tanah yang dikehendaki 5 – 6. suhu terbaik 23 0C pada siang hari dan 17 0C pada malam hari. Pada suhu mencapai 32 0C dapat juga tumbuh dan berbuah tetapi hasilnya kurang baik. Cahaya matahari yang dikehendaki sedang, sampai tinggi.


  1. ALAT DAN BAHAN

Alat:


  1. Parang

  2. Cangkul

  3. Palu

  4. Meteran

  5. Timbangan

  6. Gembor

  7. Ember

  8. Gergaji

  9. Pralon ukuran 2 inchi




Bahan:


  1. Mulsa Plastik Hitam Perak

  2. Bambu

  3. Pupuk Organik

  4. Tanah

  5. Benih Tomat

  6. Sekam.

  7. Paku




  1. CARA KERJA

Pembuatan Konstruksi

  1. Potong bambu sepanjang 80 cm dan belah menjadi 4 bagian.

  2. Potong bambu sepanjang 100 cm, belah menjadi 4 bagian dan runcingkan salah satu ujungnya.

  3. Potong MPHP sepanjang 90 cm.

  4. Buka MPHP tersebut sehingga terbentuk lembaran 120 X 90 cm dengan posisi warna hitam berada dibagian atas.

  5. Lipatlah bagian atas MPHP sepanjang 10 cm.

  6. Jepitlah MPHP dengan bambu ukuran 80 cm dan 100 cm tepat ditengan bekas limatan, posisikan bambu ukuran 100 cm lebih tinggi 5 cm diatas lebar MPHP dan 15 cm pada bagian bawah.

  7. Pertahankan posisi bambu tersebut dengan memaku bagian atas, tengah dan bawah.

  8. Dengan cara seperti langkah no 6 lakukan pada sisi kanan dan kiri dari bambu tersebut dengan jarak 25 cm (as).

  9. Balik posisi bilah bambu dengan posisi panjang bambu berada dibagian atas dan bengkokkan paku tersebut dengan cara memukul paku kearah samping. Pada langkah ini pangkal paku bagian bawah dipasang alas kayu kerasau besi agar mudah membengkokkan paku.

  10. Satukan antara ujung MPHP satu dengan yang satunya dan lipatlah dengan bilah bambu ukuran 80 cm sebanyak 2 kali lipatan.

  11. Panaglah belah bambu ukuran 100 cm diantara MPHP dengan susunan seperti langkah kerja no 6.

  12. Perkuat posisi tersebut dengan cara memaku dibagian ujung tengah dan bawah selanjutnya bengkokkan paku tersebut sehingga kuat.


Pengisian Media Vertikultur

  1. Pasang konstruksi dengan jarak 1,2 X 0,8 m.

  2. Atur posisi masing-masing kaki konstruksi selebar ± 25 cm satukan bilan bambu bagian atas dan pukul bambu tersebut menggunakan pukul kayu (ganden) sampai kedalaman 15 cm.

  3. Renggangkan bagian atas konstruksi dengan cara memasang ring dibagian atas.

  4. Isikan media tanam (campuran top soil dan kompos dengan perbandingan 1:1) pada konstruksi (10 cm).

  5. Tancapkan pralon ukuran 2 inchi tepat ditengah konstruksi sedalam 60 cm.

  6. Angkatlah pralon dan isilah lubang tersebut dengan sekam padi sampai penuh.

  7. Siram dengan air dan pupuk sebagai pupuk dasar pada masing-masing konstruksi.

  8. Buatlah 6 lubang tanam pada sisi konstruksi secara melingkar keatas, dengan posisi awal pada ketinggian 25 cm dari dasar konstruksi (menggunakan cutter / silet).

  9. Lakukan pemupukan dasar dan selanjutnya tanaman masing-masing lubang tanam dengan benih tomat sebanyak 2 butir per lubang. Kedalaman benih antara 0,5-1 cm).


  1. HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. HASIL

Dari pelaksanaan praktek yang telah dilakukan didapat berbagai data dan keterangan-keterangan sebagai berikut:

    1. Wadah media tumbuh / kolom dibuat dari bahan plastik (MPHP), dengan menggunakan kerangka bambu.

    2. Media tumbuh tanaman adalah tanah top soil, campuran tanah top soil dengan pupuk organic dan sekam.

    3. Jenis tanaman yang ditanam adalah tomat varietas Intan.

    4. Penanaman dilakukan pada sisi konstruksi sebanyak 2 biji per lubang tanam.

    5. Pembuatan para-para dibuat dengan menggunakan bahan dari bambu, dengan maksud sebagai tempat berpegangan bagi tanaman tomat setelah tumbuh.

    6. Pemeliharaan tanaman tomat pada sistem vertikal yang meliputi pengairan.


  1. PEMBAHASAN

Dari hasil praktek yang dilakukan terdapat beberapa hal yang perlu dibahas, antara lain yaitu:

  1. Wadah media tumbuh/ kolom dapat dibuat dari berbagai bahan, seperti bambu, pipa PVC (pralon), pipa dari tanah (plempem), papan kayu, karung plastik (plastik, polybag dan seng), tempurung kelapa, dan kaleng bekas. Demikian juga halnya dengan kerangka bisa menggunakan bahan-bahan dari bambu, kayu, besi, dan lain-lain. Baik bahan kolom maupun bahan kerangka tidak terpaku pada suatu bahan tertentu, tetapi dalam pengembangan dan penyempurnaan lebih lanjut dapat disesuaikan dengan bahan-bahan yang tersedia.

  2. Media tumbuh tanaman yang dipergunakan pada praktikum kali ini menggunakan top soil dan pupuk organik (kandang), dengan perbandingan 1 bagian pupuk kandang dan 4 bagian tanah. Sedangkan sebagai media peresapan air dan pemupukan menggunakan sekam padi.

  3. Jenis tanaman tomat varietas Intan, yang ditanam pada kontruksi sebanyak empat lubang telah tumbuh setelah 5 hari setelah tanam.

  4. Penanaman dilakukan pada sisi kontruksi pada sisi samping pada empat tempat dengan harapan pembagian nutrisi, energi matahari, dan lingkungan bisa seimbang, dengan cara melubangi wadah media dengan pisau silet atau karter, biji diletakkan dalam lubang sebanyak dua biji dan hasilnya tumbuh dengan baik.

  5. Dalam membantu tanaman agar nantinya bisa tegak berdiri dengan kokoh menjulang keatas karena tanpa para-para tanaman akan roboh maka, diperluka para-para. Dalam praktek dilapangan tidak membuat para-para tetapi memindahkan para-para bekas praktek sebelumnya.

  6. Pemeliharaan tanaman yang utama berupa:

    1. Pengairan yang teratur yaitu pada minggu pertama dilakukan setiap hari sekali diharapkan agar kebutuhan air benih yang baru ditanam mengalami imbibisi dengan lancar sehingga perkecambahan tidak terhambat, sedang untuk selanjutnya setelah tanaman tumbuh 3 hari sekali.

    2. Pemupukan dilakukan disamping pada saat pembuatan media atau pemupukan dasar perlu juga dilanjutkan setiap satu minggu sekali dengan cara dilarutkan dalam air.

    3. Penyiangan, dilakukan setiap seminggu sekali yang bertujuan untuk mengurangi interaksi antara tanaman dominant dengan tanaman penggangu (gulma), mengurangi kelembaban yang bertujuan agar sinar matahari dapat 80 % menyinari tanaman tomat.

    4. Pengikatan pada tanaman tomat yang dilakukan pada saat tanaman berumur ±1 bulan setelah tanam dengan menggunakan tali plastic yang berguna menahan tanaman agar tidak rebah atau dapat juga dikatakan agar tanaman tetap kokoh.

  1. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum bercocok tanam tomat sistem vertikultur dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Pertanian vertikultur tidak memerlukan tempat dan lahan yang luas dan mudah dilaksanakan, sehingga bisa dibudidayakan oleh masyarakat perkotaan atau masyarakat yang berlahan sempit.

  2. Dalam bercocok tanam sistem vertikultur diperlukan keterampilan dan keuletan dalam pembuatan kontruksi. Dengan keuntungan mudah dalam perawatan dan pengamatan.

  3. Pertanian vertikultur dapat menghemat lahan, penggunaan pupuk, tenaga kerja dan pemanfaatan sinar matahari secara maksimal.



DAFTAR PUSTAKA


AAK.1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. . Kanisius


----------- 1988 Diskripsi Tanaman Sayuran dan Tanaman Pangan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Tengah.


Niti Sapto. 1989 Bercocok Tanam Secara Vertikal. . Kanisius.


Widarto, L. 1997. Vertikultur Bercocok Tanam secara Bertingkat. . Penebar Swadaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar