English Version | Senin, 22 Desember 2008 |
|
English Version | Senin, 22 Desember 2008 |
|
KUPING GAJAH Anthurium crystallinum Lindl. | |||||||||||||||||||||||||
Galeri Foto > Tanaman Hias > Kuping Gajah (1 foto) > Info Spesies | |||||||||||||||||||||||||
Nama umum
| Kuping Gajah | ||||||||||||||||||||||||
Klasifikasi | |||||||||||||||||||||||||
|
Anggrek yang saat ini masih bertengger sebagai jawaranya bunga yang paling beraneka-ragam manjadi aset tersendiri bagi bangsa Indonesia. Anggrek spesies adalah harta kekayaan yang berpotensi luar biasa. Sebagai harta kekayaan, tentu memberi konsekuensi tertentu bagi si empunya, dalam kasus ini seluruh bangsa Indonesia, khususnya masyarakat penggemar anggrek yang tentu lebih banyak mengetahui anggrek dibanding masyarakat biasa yang masih awam.
Bangsa yang memiliki harta tak ternilai tentu mempunyai banyak pilihan, apakah kita akan menjadi bangsa yang memberi harta penting nya secara cuma-cuma kepada siapapun??! Bahkan harta yang belum sama sekali kita manfaatkan?! Tentu akan sangat merugi. Jangan sampai kita menjadi bangsa yang kaya akan harta, tapi justru kebingungan oleh harta tersebut. Oleh karena itu, dalam mengoptimalkan harta karun anggrek negara ini ada beberapa point penting, antara lain:
1. Mengenali anggrek sebagai harta berharga,
hal ini menjadi sangat mendasar karena berkaitan dengan pemahaman kita terhadap pentingnya potensi yang dimiliki anggrek misal sebagai tanaman hias, bunga potong, obat, parfume, koleksi langka, kerajinan dll. Bagaimana kita bisa memanfaatkan sesuatu kalo tidak sadar bahwa sesuatu tadi berharga dan bernilai tinggi?? Itu sama saja seperti tikus yang mati kelaparan di dalam lumbung padi, si tikus tidak menyadari bahwa padi di sekitarnya adalah makanan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang pengenalan jenis anggrek dan pemanfaatannya mutlak terus dikembangkan. Langkah rielnya : banyak membaca literatur anggrek mengenai jenis-jenisnya, potensi yang dimiliki anggrek tersebut (warna, bentuk tanaman, lama mekar, aroma, khasiat obat dll), atau sharing di milis atau forum anggrek untuk memperoleh pengetahuan dasar atau lanjut tentang anggrek spesies Indonesia, mendukung dan membantu suksesnya penelitian tentang anggrek Indonesia.
2. Menjaga anggrek sebagai harta berharga,
tahap selanjutnya setelah kita menyadari tentang nilai penting anggrek adalah upaya untuk menjaganya agar tidak habis atau malah hilang. Menjaga agar tidak habis atau hilang dalam hal ini bukan hanya berarti segi keamanan dari faktor luar seperti ”pencurian”. Tetapi juga terhadap kemanan terhadap jumlahnya atau dengan kata lain upaya untuk menjaga jumlah harta kita agar tidak mudah habis atau hilang. Bisa saja, meskipun anggrek tersebut benar-benar aman dari pencurian pihak negara asing, tapi justru habis karena terlalu over dieksploitasi oleh si pemiliknya tanpa memperhatikan keberlanjutannya kedepan. Sehingga, sebagai bangsa Indonesia yang pintar dan mencintai tanah airnya, kita harus tegas untuk menjaga anggrek spesies langka negeri ini dari rayuan bangsa lain yang hanya mau enaknya sendiri. Kita yang pontang-panting dan susah payah melestarikan, memelihara agar lestari di alam maupun di ek-situ tapi dengan enaknya bangsa lain mengambil anggrek langka kita dan mengembangkannya menjadi hibrida-hibrida unggul untuk memperkaya negara mereka. Stop perdagangan ilegal anggrek langka ke negara lain. Imbalan besar yang diiming-imingkan tidak setimpal dengan potensi anggrek tersebut ke depan. Begitu kita menjual anggrek langka keluar negeri secara ilegal, maka kita sama saja memberikan pusaka kita, begitu mereka telah mengembangkannya secara masal, maka habislah kejayaan dan daya tarik khas anggrek kita. Oleh karena itu, pilih varian terbaik dari setiap jenis anggrek dan jadikan indukan untuk perbanyakan…namun jangan sekali-kali menjual keluar negeri indukan pilihan tersebut. Tunjukkan bahwa kita adalah hobiis yang Indonesia banget alias ber nasionalisme tinggi. Langkah rielnya : Stop menjual keluar negeri anggrek langka (apalagi yang dilindungi) yang belum diteliti dan dikembangkan secara optimal oleh bangsa kita, pendataan anggrek koleksi, memelihara anggrek yang telah dimiliki dengan sebaik-baiknya, menolak anggrek cabutan langsung yang belum dipelihara/dibudidayakan, penyerbukan bunga untuk memperoleh buah, memperbanyakan anggrek langka baik secara manual atau melalui kultur biji dan jaringan, relokasi anggrek langka ke habitatnya, meminimalkan eksploitasi anggrek dari habitatnya secara berlebih, tidak anti dengan anggrek spesies hasil kultur jaringan, menjaga kelestarian habitat anggrek dan banyak lainnya. Meskipun nampaknya sangat ketat, namun anggrek langka atau yang dilindungi tetap diperkenankan keluar negeri untuk kepentingan penelitian atau kepentingan khusus lainnya dan tetap harus melalui jalur legal sesuai peraturan yang ada. Memang terdengarnya idealis sekali ya….tapi tunggu dulu…baca point berikutnya.
3. Memanfaatkan anggrek sebagai harta,
tentu sangat amat percuma sekali kalau kita sudah sadar bahwa kita memiliki harta bernilai, lalu kita juga sudah menjaganya dengan baik, tapi kita tidak bisa memanfaatkannya sama sekali…itu mubazir namanya. Ibarat kita mengetahui ada banyak sayuran tumbuh di halaman yang bisa dimasak menjadi masakan lezat, kemudian setiap hari kita siram, dipupuk dan diperbanyak, tapi sayuran yang telah dewasa hanya dibiarkan saja, lebih parah lagi kita hanya bisa melihat sayuran tadi tua-membusuk dengan tatapan kosong sambil gigit jari dan berkata dalam hati (kasian deh gua…). Kita hindari menjadi bangsa yang hanya bisa phobia atau ketakutan berlebih, sehingga selamanya kita hanya bisa memeluk erat harta agar tidak dicuri orang, tapi justru tidak pernah sempat untuk menggunakan hartanya. Upaya pemanfaatan potensi yang dimiliki anggrek khususnya anggrek langka merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Bangsa ini hanya akan stagnan bila selamanya tidak bisa memanfaatkan potensi SDA nya secara optimal. Langkah rielnya antara lain, menjual secara luas anggrek hasil perbanyakan budidaya, mengembangkan bisnis bunga anggrek potong, memperomosikan anggrek hasil kultur jaringan keluar negeri, melakukan hibridisasi untuk menghasilkan anggrek-anggrek hibrida unggul, mengajukan hak perlindungan varietas terhadap anggrek spesies lokal atau hasil pemuliaan, mengekstrak anggrek untuk memperoleh senyawa obat atau senyawa penting lainnya, menanami pekarangan dengan anggrek-anggrek yang berbunga menawan, atau menjadikan anggrek sebagai bunga penyambutan bagi turis-turis asing atau malah menukar pesawat jet sukhoi dengan 20.000 karung anggrek hibrida. Bahkan anggrek paling langka yang hanya ada setengah, dimuka bumi sekalipun bisa dijual bebas apabila telah dilakukan penelitian optimal, perbanyakan massal dan memperoleh ijin/legalisasi dari pihak berwenang.
Toh meskipun kita belum sehebat bu Menkes Siti Fadilah Supari, tapi setidaknya kita memiliki semangat yang sama seperti yang beliau perjuangkan….tetep ikut bangga dong. Kapan ya, bisa kasih nama anggrek ke beliau…., atau minimal kasih beliau anggrek istimewa -_-!! phUuu Jadi fuying
by. Destario Metusala (2008) ^^
BUDIDAYA TANAMAN TOMAT
(Lycopersicum sp)
SECARA VERTIKULTUR
PENDAHULUAN
Pertumbuhan tanaman ditentukan oleh interaksi iklim, tanah, tanaman dan pengelolaan. Suatu jenis tanaman akan tumbuh jika kebutuhan akan air, energi, dan nutrisi tersedia dengan cukup serta ada tempat untuk tumbuh yang memungkinkan.
Dewasa ini ketersediaan lahan potensial untuk pertanian semakin terbatas, karena terjadinya persaingan penggunaan lahan pertanian dan non pertanian, sebagai akibat pertambahan penduduk yang mencapai + 2% per tahun. Terutama di Pulau Jawa, pengalihgunaan lahan pertanian berproduktivitas tinggi menjadi lahan non pertanian berupa pengembangan areal pemukiman dan pemekaran serta pengembangan areal industri, tidak bisa diimbangi dengan pembukaan lahan pertanian baru. Hal ini sangat berpengaruh pada keseimbangan alam dalam penyediaan oksigen (O2) bagi kehidupan manusia pada umumnya. Disatu sisi energi matahari didaerah tropik seperti di sangat melimpah dan belum dimanfaatkan dengan baik. Selain itu penggunaan air yang hamper 80 % digunakan oleh semua kegiatan manusia, sedangkan penggunaannya perlu diefisienkan.
Mengingat hal tersebut diatas, perlu kiranya dicarikan upaya untuk mengatasinya. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan jalan bercocok tanam secara vertikal atau dikenal dengan metode “Vertikultur”.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Vertikultur
Vertikultur adalah istilah yang diambil dari istilah verticulture dalam bahasa Inggris. Istilah ini berasal berasal dari dua kata yaitu vertical dan culture. Makna vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat.
Sistim pertanian vertikal sementara dimaksudkan untuk memanfaatkan ruang ke arah vertikal, dengan mengatur media tumbuh dalam wadah/ kolom supaya pertanaman dapat disusun keatas (Nitisapto, 1992a).
Sistim pertanian vertikal kiranya sesuai untuk sistem pertanian (Nitisapto, 1989). Sistem pertanian dengan ketersediaan lahan yang sangat sempit, dapat ditempuh dengan usaha pengembangan teknologi pertanian yang hemat lahan, walaupun sebetulnya tehnik dapat diterapkan diwilayah pedesaan (Rural Agriculture) maupun perkotaan (Urban Agriculture).
Pertanian sampai saat ini memang masih belum digarap dengan sungguh-sungguh, karena mempunyai ciri-ciri intensif dalam permodalan, sarana maupun metode. Demikian pula tujuannya selain untuk memenuhi kebutuhan pangan, juga ada tujuan lain seperti estetika, penangkal polusi (udara, bau dan suara).
Pertanian memanfaatkan hamparan tanah yang luas, sedangkan pertanian adalah lahan pekarangan yang sempit atau hanya halaman rumah yang sempit, sehingga perlu dipilih budidaya yang tepat seperti tanaman dalam pot, budidaya tanpa tanah maupun sistim vertikal.
Sistim pertanian vertikal tidak hanya cocok untuk lahan sempit seperti perkotaan, dapat pula dikembangkan dilahan bermasalah, ibarat menanam pada pot yang tidak tergantung keadaan lahan setempat (Nitisapto dan Asmara, 1993)
Sistem pertanian vertikal ini sangat cocok diterapkan khususnya bagi para petani atau pengusaha yang memiliki lahan sempit. Vertikultur dapat pula diterapkan pada bangunan-bangunan bertingkat, perumahan umum, atau bahkan pada pemukiman di daerah padat yang tidak punya halaman sama sekali. Dengan metode vertikultur ini, kita dapat memanfaatkan lahan semaksimal mungkin. Usaha tani secara komersial dapat dilakukan secara vertikultur, apalagi kalau sekadar untuk memenuhi kebutuhan sendiri seperti sayuran atau buah-buahan semusim. Untuk mendapatkan keindahan, aneka tanaman hias pun dapat ditanam secara bertingkat (Widarto, 1997).
Beberapa rancangan yang telah dicoba dan cukup baik hasilnya adalah pertanaman pada kolom vertikal, kolom susun, pot susun gantung dan kantong vertikal/ gantung (Nitisapto, 1992b).
Budidaya pada sistem pertanian vertikal pada prinsipnya sama seperti sistem pot, hanya pot yang dibuat panjang / susun sehingga pada satu titik tidak hanya satu tanaman seperti penanaman dilahan, tetapi beberapa tanaman susun kearah vertikal.
Berbagai bahan dapat digunakan sebagai wadah media tumbuh tanaman, yang penting susunan wadah tetap memenuhi prinsip bahwa pertanaman dapat susun keatas, namun tanaman bagian bawah masih memperoleh sinar yang cukup.
Kolom vertikal dapat menggunakan pipa PVC (paralon), bambu, pipa dari tanah (plempem). Kolom susun ( mendatar dapat berupa bambu, paralon, papan kayu, karung plastic / plastic / seng dengan kerangka bamboo / kayu. Pot gantung dari pot plastik, tempurung kelapa, kaleng bekas dan sebagainya.
Media tumbuh tanaman sama seperti pada media konvensional (horizontal), namun perlu dipilih bahan yang porus seperti tanah pasiran, tanah gambut, bermacam-macam abu, yang dicampur pupuk kandang atau kompos, dengan perbandingan 1:1 sampai 2:1.
Media tumbuh dapat dipakai terus menerus, yang perlu ditambah adalah pupuk kandang / kompos supaya sumber hara diperbaharui. Untuk daerah yang berstruktur lempungan, supaya tidak mampat dapat menggunakan tambahan pasir bangunan, menurut Kertonegoro (1993) perbaikan tanah pasiran dengan campuran tanah lempungan 40 % telah memperbaiki sifat – sifat tanah secara optimum. Pemambahan sekam / serbuk gergaji dapat mengurangi terjadinya pemampatan, sehingga pembagian air dapat merata.
Tanaman yang dapat diusahakan pada pertanian vertikal tergantung pada ukuran kolom (volume media). Pertanian vertikal khususnya cocok untuk tanaman sayuran yang berbatang kecil. Kolom susun mendatar sebaiknya selada, sawi, seledri atau yang mempunyai perakaran pendek. Tanaman seukuran cabai belum mampu tumbuh sempurna pada kolom mendatar yang berukuran 6 inci.
Sistem pertanian vertikultur memiliki beberapa keunggulan komparatif bila dibandingkan dengan sistem horisontal biasa. Diantaranya adalah:
Sistem vertikultur dapat menghemat lahan pertanian sampai dengan kurang lebih 400 %, atau dengan kata lain 1000 m2 lahan budidaya vertikultur setara dengan 4000 m2 lahan horizontal biasa.
Sistem pertanian Vertikal lebih hemat dalam penggunaan pupuk, air dan pestisida. Hal ini dikarenakan pemberian air, pupuk dan pestisida hanya benar-benar sesuai dengan keperluan tanaman.
Sistem pertanian Vertikal dapat meminimalkan tingkat resiko kematian tanaman pada saat bertanam di luar musim, terutama untuk komoditas sayur mayur yang rentan terkena serangan dan penyakit pada saat musim hujan.
Sistem pertanian vertikal dapat mengefisienkan pemanfaatan tenaga kerja.
Sistem pertanian vertikal dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas sayur dan buah. Hal ini dikarenakan semua perlakuan budidaya dilakukan dengan perhitungan yang benar-benar matang sesuai dengan keperluan tanaman, serta diberikan secara seragam pada tiap tanaman.
Dalam pelaksanaan praktek vertikultur ini tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman tomat varietas Intan.
Tanaman tomat, salah satu tanaman yang mudah dibudidayakan dengan sistem vertikal, karena tanaman tomat menghendaki tanah yang subur, drainase baik, dan kandungan bahan organik tinggi (Aak Kartolo, 1992). Sehingga media tanam diperlukan bahan-bahan berdrainase baik, dengan menggunakan perbandingan antara pasir, tanah, dan pupuk kandang adalah 1 : 1 : 1, untuk media tanaman vertikal (Niti Sapto 1989).
Menurut Widarto (1997) dalam Vertikultur Bercocok Tanam Secara Bertingkat, tanaman Tomat (Lycopersicum sp) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua tempat, dari dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) dengan ketinggian 1200 – 1500 m dpl.
Pada tanah yang terlalu basah dan banyak hujan pertumbuhannya agak kurang baik, mudah terserang jamur, pH tanah yang dikehendaki 5 – 6. suhu terbaik 23 0C pada siang hari dan 17 0C pada malam hari. Pada suhu mencapai 32 0C dapat juga tumbuh dan berbuah tetapi hasilnya kurang baik. Cahaya matahari yang dikehendaki sedang, sampai tinggi.
ALAT DAN BAHAN
Alat:
Parang
Cangkul
Palu
Meteran
Timbangan
Gembor
Ember
Gergaji
Pralon ukuran 2 inchi
Bahan:
Mulsa Plastik Hitam Perak
Bambu
Pupuk Organik
Tanah
Benih Tomat
Sekam.
Paku
CARA KERJA
Pembuatan Konstruksi
Potong bambu sepanjang 80 cm dan belah menjadi 4 bagian.
Potong bambu sepanjang 100 cm, belah menjadi 4 bagian dan runcingkan salah satu ujungnya.
Potong MPHP sepanjang 90 cm.
Buka MPHP tersebut sehingga terbentuk lembaran 120 X 90 cm dengan posisi warna hitam berada dibagian atas.
Lipatlah bagian atas MPHP sepanjang 10 cm.
Jepitlah MPHP dengan bambu ukuran 80 cm dan 100 cm tepat ditengan bekas limatan, posisikan bambu ukuran 100 cm lebih tinggi 5 cm diatas lebar MPHP dan 15 cm pada bagian bawah.
Pertahankan posisi bambu tersebut dengan memaku bagian atas, tengah dan bawah.
Dengan cara seperti langkah no 6 lakukan pada sisi kanan dan kiri dari bambu tersebut dengan jarak 25 cm (as).
Balik posisi bilah bambu dengan posisi panjang bambu berada dibagian atas dan bengkokkan paku tersebut dengan cara memukul paku kearah samping. Pada langkah ini pangkal paku bagian bawah dipasang alas kayu kerasau besi agar mudah membengkokkan paku.
Satukan antara ujung MPHP satu dengan yang satunya dan lipatlah dengan bilah bambu ukuran 80 cm sebanyak 2 kali lipatan.
Panaglah belah bambu ukuran 100 cm diantara MPHP dengan susunan seperti langkah kerja no 6.
Perkuat posisi tersebut dengan cara memaku dibagian ujung tengah dan bawah selanjutnya bengkokkan paku tersebut sehingga kuat.
Pengisian Media Vertikultur
Pasang konstruksi dengan jarak 1,2 X 0,8 m.
Atur posisi masing-masing kaki konstruksi selebar ± 25 cm satukan bilan bambu bagian atas dan pukul bambu tersebut menggunakan pukul kayu (ganden) sampai kedalaman 15 cm.
Renggangkan bagian atas konstruksi dengan cara memasang ring dibagian atas.
Isikan media tanam (campuran top soil dan kompos dengan perbandingan 1:1) pada konstruksi (10 cm).
Tancapkan pralon ukuran 2 inchi tepat ditengah konstruksi sedalam 60 cm.
Angkatlah pralon dan isilah lubang tersebut dengan sekam padi sampai penuh.
Siram dengan air dan pupuk sebagai pupuk dasar pada masing-masing konstruksi.
Buatlah 6 lubang tanam pada sisi konstruksi secara melingkar keatas, dengan posisi awal pada ketinggian 25 cm dari dasar konstruksi (menggunakan cutter / silet).
Lakukan pemupukan dasar dan selanjutnya tanaman masing-masing lubang tanam dengan benih tomat sebanyak 2 butir per lubang. Kedalaman benih antara 0,5-1 cm).
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Dari pelaksanaan praktek yang telah dilakukan didapat berbagai data dan keterangan-keterangan sebagai berikut:
Wadah media tumbuh / kolom dibuat dari bahan plastik (MPHP), dengan menggunakan kerangka bambu.
Media tumbuh tanaman adalah tanah top soil, campuran tanah top soil dengan pupuk organic dan sekam.
Jenis tanaman yang ditanam adalah tomat varietas Intan.
Penanaman dilakukan pada sisi konstruksi sebanyak 2 biji per lubang tanam.
Pembuatan para-para dibuat dengan menggunakan bahan dari bambu, dengan maksud sebagai tempat berpegangan bagi tanaman tomat setelah tumbuh.
Pemeliharaan tanaman tomat pada sistem vertikal yang meliputi pengairan.
PEMBAHASAN
Dari hasil praktek yang dilakukan terdapat beberapa hal yang perlu dibahas, antara lain yaitu:
Wadah media tumbuh/ kolom dapat dibuat dari berbagai bahan, seperti bambu, pipa PVC (pralon), pipa dari tanah (plempem), papan kayu, karung plastik (plastik, polybag dan seng), tempurung kelapa, dan kaleng bekas. Demikian juga halnya dengan kerangka bisa menggunakan bahan-bahan dari bambu, kayu, besi, dan lain-lain. Baik bahan kolom maupun bahan kerangka tidak terpaku pada suatu bahan tertentu, tetapi dalam pengembangan dan penyempurnaan lebih lanjut dapat disesuaikan dengan bahan-bahan yang tersedia.
Media tumbuh tanaman yang dipergunakan pada praktikum kali ini menggunakan top soil dan pupuk organik (kandang), dengan perbandingan 1 bagian pupuk kandang dan 4 bagian tanah. Sedangkan sebagai media peresapan air dan pemupukan menggunakan sekam padi.
Jenis tanaman tomat varietas Intan, yang ditanam pada kontruksi sebanyak empat lubang telah tumbuh setelah 5 hari setelah tanam.
Penanaman dilakukan pada sisi kontruksi pada sisi samping pada empat tempat dengan harapan pembagian nutrisi, energi matahari, dan lingkungan bisa seimbang, dengan cara melubangi wadah media dengan pisau silet atau karter, biji diletakkan dalam lubang sebanyak dua biji dan hasilnya tumbuh dengan baik.
Dalam membantu tanaman agar nantinya bisa tegak berdiri dengan kokoh menjulang keatas karena tanpa para-para tanaman akan roboh maka, diperluka para-para. Dalam praktek dilapangan tidak membuat para-para tetapi memindahkan para-para bekas praktek sebelumnya.
Pemeliharaan tanaman yang utama berupa:
Pengairan yang teratur yaitu pada minggu pertama dilakukan setiap hari sekali diharapkan agar kebutuhan air benih yang baru ditanam mengalami imbibisi dengan lancar sehingga perkecambahan tidak terhambat, sedang untuk selanjutnya setelah tanaman tumbuh 3 hari sekali.
Pemupukan dilakukan disamping pada saat pembuatan media atau pemupukan dasar perlu juga dilanjutkan setiap satu minggu sekali dengan cara dilarutkan dalam air.
Penyiangan, dilakukan setiap seminggu sekali yang bertujuan untuk mengurangi interaksi antara tanaman dominant dengan tanaman penggangu (gulma), mengurangi kelembaban yang bertujuan agar sinar matahari dapat 80 % menyinari tanaman tomat.
Pengikatan pada tanaman tomat yang dilakukan pada saat tanaman berumur ±1 bulan setelah tanam dengan menggunakan tali plastic yang berguna menahan tanaman agar tidak rebah atau dapat juga dikatakan agar tanaman tetap kokoh.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum bercocok tanam tomat sistem vertikultur dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertanian vertikultur tidak memerlukan tempat dan lahan yang luas dan mudah dilaksanakan, sehingga bisa dibudidayakan oleh masyarakat perkotaan atau masyarakat yang berlahan sempit.
Dalam bercocok tanam sistem vertikultur diperlukan keterampilan dan keuletan dalam pembuatan kontruksi. Dengan keuntungan mudah dalam perawatan dan pengamatan.
Pertanian vertikultur dapat menghemat lahan, penggunaan pupuk, tenaga kerja dan pemanfaatan sinar matahari secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
AAK.1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. . Kanisius
----------- 1988 Diskripsi Tanaman Sayuran dan Tanaman Pangan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Tengah.
Niti Sapto. 1989 Bercocok Tanam Secara Vertikal. . Kanisius.
Widarto, L. 1997. Vertikultur Bercocok Tanam secara Bertingkat. . Penebar Swadaya
PENGARUH ZPT (stimulan)
TERHADAP PANJANG AKAR TANAMAN MELATI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak 5 Juni 1990 bunga melati resmi dijadikan bunga nasional dengan sebutan ‘Puspa Bangsa’.Bunga ini selain menjadi bunga kebanggaan nasional, juga mempunyai banyak kegunaan. Misalnya sebagai tanaman hias, bunganya dijadikan bunga tabur, pewangi teh, bunga rangkai, pengharum, bahan baku industri minyak wangi, pewangi kosmetika, dan obat tradisional.
Di Indonesia melati tersebar diberbagai daerah, terutama dipulau jawa, misalnya tegal, pemalang, pekalongan, dan cirebon. Selain itu melati popular dalam kehidupan masyarakat Jawa, Sunda, betawi, Madura, Melayu dan Bali.
Permintaan pasar dalam dan luar negeri akan bunga melati cendrung meningkat baik sebagai bunga potong maupun sebagai tanaman hias. Fenomena ini menunjukkan bahwa bunga melati berpeluang baik ditumbuhkembangkan melalui agribisnis atau agroindustri. Untuk mendukung pelestarian dan pengembangan usaha tani melati berwawasan agribisnis, diperlukan informasi teknologi maju dan pasar bagi kalangan petani maupun pengusaha tani komoditas ini.
Perbanyakan melati dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan stek (cutting). Perbanyakan dengan stek merupakan cara yang sederhana, cepat dan tidak memerlukan teknik-teknik tertentu. Keuntungan perbanyakan dengan stek adalah dapat dihasilkan jumlah bibit yang banyak dan pertumbuhannya relatif seragam.
Secara teori untuk mempercepat pertumbuhan bibit dari stek dapat ditambahkan ZPT seperti rootone atau stimulan 0,1 - 0,2 cc/ liter selama 15 menit. Dosis ZPT tersebut adalah dosis yang tepat dan sesuai rekomendasi, hal tersebutlah yang menjadi dasar pemikiran pengujian yang dilakukan. Dalam pengujian ini, penulis ingin mengetahui apakah ada perbedaan pertumbuhan panjang akar antara tanaman melati yang distek dengan perlakuan ZPT 0,2 cc/ liter, 0,4 cc/ liter dan control.
B. Tujuan
Mengetahui pengaruh penggunaan zpt (stimulan) terhadap pertumbuhan tanaman melati.
C. Dasar Teori
Tanaman melati tumbuh lebih dari setahun (perennial) bersifat perdu dan merambat. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai tinggi tiga meter atau lebih, batangnya berkayu, dan bercabang banyak seolah-olah merumpun. Bunganya bervariasi ada yang putih, kuning cerah, dan pink muda tergantung pada jenisnya atau spesiesnya.
Tanaman melati dapat diperbanyak denagan berbagai cara seperti stek, cangkok dan rundukan. Pembibitan tanaman melati dimaksudkan memproduksi bahan tanaman hingga menjadi bibit yang siap tanam dilapangan. Secara alami tanaman melati sulit diperbanyak dengan biji. Oleh karena itu pembibitan melati umumnya dilakukan secara vegetatif, yakni dengan stek batang atau cabang, perundukan (layering) atau cangkok.
Stek (cutting) adalah pemisahan atau pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, cabang, dan lain-lain) dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar.
Keuntungan pembibitan vegetatif adalah turunan-turunan tanaman atau generasi berikutnya serupa (sama) dengan sifat-sifat induknya. Penyiapan bibit yang baik dan bermutu merupakan langkah awal keberhasilan budidaya melati. Pertumbuahan produksi selanjutnya ditentukan oleh berbagai faktor antara lain pemeliharaan tanaman.
Pembibitan secara vegetatif salah satunya adalah dengan cara stek (cutting). Stek merupakan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, cabang, dan lain-lain) dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar. Tanaman melati dapat diperbanyak dengan stek batang atau cabang.
Perbanyakan dengan stek mereupakan cara yang paling sederhana, cepat, dan tidak memerlukan teknik-teknik tertentu. Keuntungan perbanyakan secara stek adalah dapat dihasilkan jumlah bibit yang banyak dan pertumbuhannya relatif seragam.
Hasil penelitian Puslitbanghort (1994) menunjukkan bahwa antar jenis melati terdapat perbedaan pola pertumbuhannya. Tahap-tahap memproduksi bibit melati dengan stek batang atau cabang adalah sebagai berikut :
Memilih Pohon Induk
Pilih pohon induk dari jenis melati yang diinginkan, sehat, subur, normal, dan produktif berbuanga.
Menyetek Batang Atau Cabang
Pilih cabang atau batang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, ukuran ideal dan berwarna hijau kecoklatan.
Potong dengan ukuran 20-25 cm.
Pangkas sebagian daun dan kelompokkan stek sesuai ukuran
Perlakuan Zat Pengatur tumbuh
Siapkan alat dan bahan dan zat pengatur tumbuah.
Olesi pangka stek dengan ZPT atau rendam dalam larutan ZPT 0,1-0,2 cc/ltr selama 15 menit.
Penyiapan Tempat Semai
Siapkan tempat atau wadah semai berupa pot berukuran besar atau polybag medium semai (campuran tanah, pasir) dengan perbadingan yang sama.
Isikan medium semai hingga cukup penuh.
Siram medium semai dengan air bersih hingga cukup basah.
Menyemai stek
Tancapkan stek sedalam 10-15 cm atau sepertiga dari panjang stek.
Krudungi stek dengan plastik transparan.
Pemeliharaan Bibit Stek
Lakukan penyiraman 1-2 kali sehari dan usahakan bibit tidak terkena sinar matahari langsung.
Pindah stek setelah berakar cukup kuat (berumur 1-2 bulan).
Pelihara bibit secara intensif (prnyiraman, pemupukan dan penyemprotan pestisida dengan dosis rendah) hingga bibit berumur kira-kira 3 bulan.
Metodologi
Waktu dan tempat
Pengujian dilaksanakan pada tanggal 16 Maret sampai dengan tanggal 1 Mei 2006. bertempat di depan asrama putra sayap A STPP Yogyakarta.
Lay out pengujian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengaruh pengunaan zpt yang diberikan terhadap panjang akar tanaman melati, perlakuannya adalah sebagai berikut :
Po = Kontrol (tidak menggunakan zpt)
P1 = Menggunakan zpt 0,2 ml/ liter.
P2 = Menggunakan zpt 0,4 ml/ liter
Perlakuan tersebut dikalikan dengan 4 ulangan sehingga didapat 12 perlakuan dengan lay out sebagai berikut :
Po.1 | P1.1 | P2.1 |
Po.2 | P1.2 | P2.2 |
Po.3 | P1.3 | P2.3 |
Po.4 | P1.4 | P2.4 |
Alat dan Bahan
Dalam pengujian tersebut alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Alat :
Pisau / catter
Cangkul
Bahan :
Pot
Tanah
Pupuk kandang
Batang stek Melati
ZPT (Stimulan)
Langkah Kerja
Menyiapkan pot 12 buah.
Mengisi pot dengan tanah dan pupuk kandang.
Buat larutan ZPT Stimulan masing-masing 0,2 ml/liter dan 0,4 ml/ liter.
Masukkan pangkal stek melati ke dalam larutan tersebut. 0,2 ml/ liter untuk 4 stek, 0,4 ml/ liter untuk 4 stek melati dan sisa stek tidak diberi perlakuan apa-apa untuk dijadikan kontrol.
Tanam stek melati untuk tiap pot di tanam satu batang stek. Kemudian pada bagian sekitar batang stek dipadatkan dengan tangan.
Setelah itu pot disiram dengan air sampai lembab dan stek disimpan di tempat yang terlindung.
Lakukan pengamatan pertumbuhan tanaman seminggu sekali selama 2 bulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel . hasil pengukuran panjang akar tanaman melati 6 minggu setelah tanam (cm).
No | Ulangan | Perlakuan | ∑ | X | ||
Po | P1 | P2 | ||||
1. | I | 1,5 | 0,75 | 3 | 5,25 | 1,75 |
2. | II | 2 | 6 | 4 | 12 | 4 |
3. | III | 1 | 13,5 | 2 | 16,5 | 5,5 |
4 | IV | 1,5 | 1,5 | 1 | 4 | 1,33 |
| ∑ | 6 | 21,75 | 10 | 37,75 | 12,58 |
| X | 1,5 | 5,44 | 2,5 | 9,44 | 3,15 |
a. FK = G2 = 1425,0625 = 118,7552
N 12
b.JKTotal = 1,5 2+ + 0,75² + 3² +,…….+ 12 _ FK
= 260,5625 – 118,7552
= 141,8073
c. JKPerlakuan = 62 + 21,752 + 102 _ FK
4
= 609,0625 _ 118,7552
4
= 152,2656 – 118,7552
= 33,5008
d. JK Ulangan = 5,252 + 122 + 16.52 + 42 _ FK
3
= 459,8125 _ 118,7552
3
= 153,2708 – 118,7552
= 34,5156
d. JK Error = JK Total – JK Perlakuan – JK ulangan
= 141,8073 – 33,5008 - 34,5156
= 73,7909
TABEL ANOVA :
Sumber Varian | db | JK | KT | F Hit | F Tabel | |
5 % | 1 % | |||||
Perlakuan (n-1) | 2 | 33,5008 | 16,7504 | 1,362 | 9.12 | 28.71 |
Ulangan (r-1) | 3 | 34,5156 | 11,5052 | 0,9355 | ||
Error (r-1).(n-1) | 6 | 73,7909 | 12,2985 |
| ||
Total (r.n) - 1 | 11 | 141,8073 | 40,5541 |
|
Pembahasan
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh hasil F Hitung Perlakuan 1,362 dengan F Tabel 5% dan 1 % adalah 9,12 dan 28,71. Dari hasil tersebut maka F hitung perlakuan lebih kecil dari F tabel berarti perlakuan zpt tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang akar stek tanaman melati
Tidak adannya pengaruh nyata antara perbedaan pemberian ZPT terhadap pertumbuhan stek tanaman melati kemungkinan besar dipengaruhi oleh media tanam yang digunakan tidak merata dan batang stek yang digunakan tidak sama baik asal dan besarnya.
Tetapi apabila diamati secara fisik atau tanpa perhitungan anova bahwa panjang akar pada stek dengan perlakuan pemberian ZPT 0,2 ml/ liter lebih panjang dari pada perlakuan yang lainnya. Ini berarti bahwa dengan pemberian ZPT yang dosisnya tepat akan merangsang pertumbuhan akar dan pertumbuhan stek tanaman melati agar tumbuh lebih cepat.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan mengenai pengaruh pemberian ZPT terhadap panjang akar pada pertumbuhan stek tanaman melati dapat disimpulkan sebagai bahwa perlakuan zpt tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang akar stek tanaman melati.
DAFTAR PUSTAKA
Rukmana Rahmat. 1997. Usaha Tani Melati. Kanisius. Yogyakarta.
Radi Juhaini. 1997. Melati Putih. Kanisius. Yogyakarta.
PERBANYAK BIBIT PISANG SECARA KULTUR JARINGAN | |
PENDAHULUAN Teknik Kultur Jaringan adalah mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap Keuntungan Kultur Jaringan adalah : Langkah-langkah dalam proses Kultur Jaringan meliputi : Media
Bahan tambahan : Gula 30 g/l, air kelapa 150 ml/l, agar 6,2 g/l, pH 5,6-5,8 Inisiasi Sterilisasi Lama waktu inisiasi dalam kondisi normal adala 4 minggu (minimal telah 2 x subkultur), selanjutnya masuk tahap multiplikasi Multiplikasi Pengakaran Aklimatisasi Pemilihan Kultur |